Berjalan kaki adalah aktivitas yang sangat sederhana. Semua orang bisa melakukannya, dan aktivitas ini juga sangat menyenangkan. Lebih dari itu, berjalan kaki sangat menyehatkan bagi tubuh manusia. Para ahli kesehatan sering menganjurkan kita untuk berjalan kaki setidaknya 5.000 langkah setiap hari. Akan lebih bagus lagi jika kita bisa mencapai 10.000 langkah. Jumlah langkah ini setara dengan manfaat yang besar untuk kesehatan fisik dan mental kita.
Kami, rombongan guru-guru dan karyawan SD Plus Al Ghifari Kota Bandung, punya cerita tentang jalan kaki ini. Pada hari Senin, 30 Juni 2025, kami memutuskan untuk melakukan perjalanan yang berbeda. Kami tidak sekadar berjalan kaki di lingkungan kota. Kali ini, tujuan kami adalah tempat yang lebih menantang dan alami yakni Gunung Papandayan.
Rencana kami sederhana tapi menantang. Kami akan memulai perjalanan dari area parkir di kaki Gunung Papandayan. Dari sana, kami akan berjalan kaki terus naik sampai ke puncaknya. Setelah mencapai puncak, kami akan kembali turun, lagi-lagi dengan berjalan kaki, hingga kembali ke titik awal. Ini adalah perjalanan yang akan menguji fisik sekaligus mental kami.
Gunung Papandayan itu sendiri adalah sebuah gunung berapi. Bentuknya kerucut, dan dalam istilah ilmiah disebut stratovolcano. Lokasinya ada di Kabupaten Garut, Jawa Barat, tepatnya di Kecamatan Cisurupan. Dari Kota Bandung, gunung ini berjarak sekitar 70 kilometer ke arah tenggara. Cukup jauh, tapi perjalanan ke sana sepadan dengan pemandangan dan pengalaman yang akan didapat.
Ketinggian Gunung Papandayan mencapai 2.665 meter di atas permukaan laut. Angka ini menunjukkan bahwa mendaki gunung ini bukan hal yang sepele. Dibutuhkan tenaga, ketahanan, dan persiapan yang cukup. Namun, kami yakin bahwa setiap langkah yang kami ambil di sana akan memberikan pelajaran berharga. Itulah mengapa kami menyebut Papandayan ini sebagai ‘guru’.
Perjalanan kami dimulai pagi-pagi sekali. Udara di kaki gunung masih terasa sejuk, bahkan cenderung dingin. Langit cerah, dan kami semua merasa bersemangat. Perlengkapan mendaki sudah kami siapkan, mulai dari sepatu yang nyaman, pakaian yang sesuai, air minum, hingga beberapa bekal makanan ringan. Ini penting untuk menjaga energi selama perjalanan.
Langkah pertama terasa ringan. Kami melewati jalur yang masih cukup landai. Pepohonan hijau di kanan kiri jalan menemani perjalanan kami. Suara burung-burung sesekali terdengar, menambah suasana damai di pagi hari. Obrolan ringan dan tawa kecil terdengar di antara kami, menciptakan suasana kebersamaan yang hangat.
Semakin lama, jalur yang kami lalui mulai menanjak. Kemiringan tanjakan bervariasi, ada yang landai dan ada juga yang cukup curam. Keringat mulai membasahi dahi, dan napas kami mulai terengah-engah. Namun, semangat kami tidak luntur. Kami saling menyemangati satu sama lain. Jika ada yang sedikit tertinggal, kami akan berhenti sejenak untuk menunggunya.
Salah satu pelajaran pertama yang kami dapatkan adalah pentingnya kesabaran. Mendaki gunung tidak bisa terburu-buru. Setiap langkah harus diatur, napas dijaga, dan energi dihemat. Jika kita memaksakan diri, bisa-bisa kita kehabisan tenaga di tengah jalan. Papandayan mengajarkan kami untuk menghargai setiap proses, bukan hanya hasil akhir.
Selain kesabaran, gunung ini juga mengajarkan kami tentang ketekunan. Ada kalanya kami merasa lelah dan ingin berhenti. Otot-otot kaki mulai terasa pegal, dan bahu terasa berat karena tas ransel. Namun, kami terus maju. Kami saling mengingatkan tujuan kami, yaitu mencapai puncak dan menikmati keindahan alam di sana. Ketekunan ini yang membuat kami tidak menyerah.
Pemandangan di Papandayan sangat beragam. Kami melewati area hutan yang rindang, kemudian masuk ke area terbuka dengan pemandangan lembah yang luas. Ada juga area yang dipenuhi pohon-pohon yang sudah mati akibat letusan gunung berapi di masa lalu, memberikan pemandangan yang unik dan sedikit menyeramkan namun tetap indah. Keberagaman ini membuat perjalanan tidak membosankan.
Kami juga melewati kawah-kawah Papandayan yang aktif. Aroma belerang tercium cukup kuat di area ini. Dari kawah, uap belerang mengepul ke udara, menciptakan pemandangan yang dramatis. Kami berhati-hati saat melewati area ini, mengikuti jalur yang sudah ditentukan. Ini adalah pengingat bahwa kami berada di gunung berapi yang hidup, dan alam memiliki kekuatannya sendiri.
Manfaat fisik dari berjalan kaki ini sangat terasa. Jantung kami bekerja lebih keras, paru-paru menghirup udara segar pegunungan, dan otot-otot kaki kami menjadi lebih kuat. Setelah perjalanan ini, kami merasa tubuh kami menjadi lebih bugar. Ini adalah olahraga yang menyenangkan tanpa terasa seperti beban.
Tidak hanya fisik, manfaat mental juga kami rasakan. Berada di alam terbuka, jauh dari hiruk pikuk kota, membantu kami meredakan stres. Pikiran menjadi lebih jernih. Pemandangan indah yang kami lihat sepanjang jalan memberikan rasa tenang dan damai. Ini adalah cara yang bagus untuk ‘me-refresh’ pikiran dari rutinitas pekerjaan sehari-hari.
Rasa kebersamaan di antara kami juga semakin kuat. Kami saling bantu, saling dukung, dan saling bercanda. Guru-guru dan karyawan yang biasanya hanya bertemu di lingkungan sekolah, kini berbagi pengalaman yang sama di alam bebas. Ini mempererat hubungan dan menciptakan kenangan indah bersama.
Setelah beberapa jam berjalan kaki, akhirnya kami tiba di dekat puncak. Pemandangan dari ketinggian ini sangat luar biasa. Langit biru membentang luas, awan terlihat berarak di bawah kami, dan deretan pegunungan lain terlihat samar-samar di kejauhan. Rasa lelah langsung terbayar lunas dengan pemandangan menakjubkan ini.
Kami mengambil waktu sejenak untuk beristirahat di puncak. Kami mengeluarkan bekal makanan dan minuman yang kami bawa. Sambil menikmati santapan ringan, kami mengagumi keindahan alam di sekitar kami. Udara di puncak lebih dingin dan angin bertiup cukup kencang. Ini adalah momen yang sangat berharga.
Setelah puas menikmati puncak, kami bersiap untuk perjalanan turun. Perjalanan turun juga memiliki tantangannya sendiri. Meski tidak terlalu menguras tenaga seperti menanjak, kita harus lebih berhati-hati agar tidak terpeleset. Kaki juga bisa terasa lebih pegal karena harus menahan beban tubuh saat menuruni jalur curam.
Sama seperti saat naik, kami tetap saling menjaga selama perjalanan turun. Kami memastikan tidak ada yang tertinggal atau mengalami kesulitan. Kehati-hatian adalah kunci, terutama di beberapa bagian jalur yang licin atau berbatu.
Akhirnya, siang jelang sore hari, kami tiba kembali di area parkir. Rasa lelah memang ada, tapi jauh lebih dominan adalah rasa puas dan gembira. Kami berhasil menyelesaikan perjalanan ini. Kaki kami mungkin terasa berat, tapi hati kami ringan dan pikiran kami segar.
Pengalaman di Papandayan ini benar-benar mengajarkan banyak hal. Papandayan bukan hanya sebuah gunung, tapi memang seperti seorang guru. Ia mengajarkan kami tentang kesabaran, ketekunan, pentingnya kebersamaan, dan betapa berharganya menjaga kesehatan fisik serta mental.
Setiap langkah yang kami ambil di sana memiliki manfaat. Mulai dari manfaat fisik berupa tubuh yang lebih sehat, hingga manfaat mental seperti pikiran yang lebih tenang. Kami juga belajar menghargai keindahan dan kekuatan alam. Ini adalah pengalaman yang akan selalu kami kenang.
Kami menyadari, manfaat dari jalan kaki ini sangat beragam. Tidak hanya di gunung, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Berjalan kaki adalah cara sederhana untuk tetap aktif, sehat, dan bahagia. Pengalaman di Papandayan ini memperkuat keyakinan kami akan hal itu.
Intinya, perjalanan kami ke Papandayan ini lebih dari sekadar mendaki gunung. Ini adalah perjalanan belajar, perjalanan menikmati alam, dan perjalanan untuk merasakan sejuta manfaat dari sebuah aktivitas yang sangat sederhana: berjalan kaki. Dan benar, Papandayan telah menjadi guru yang baik bagi kami semua.