Posted in

Suasana Ho Chi Minh Mausoleum Saat Parade Senja di Hanoi, Vietnam

Ada kisah yang menarik saat saya mengunjungi Ho Chi Minh Mausoleum di Kota Hanoi, Vietnam di waktu malam hari. 

Pada umumnya, tempat yang dijaga ketat tentara Vietnam tersebut lebih disukai oleh banyak orang lokal maupun manca negara untuk datang pada saat siang hari dengan berbagai alasan yang salah satunya adalah tentu untuk berfoto ria.

Di sela agenda Climate Change Meeting dan juga lomba inovasi lingkungan antar pelajar se-Asia Pasifik di Kota Hanoi, Vietnam terhitung tanggal 1 sampai dengan 5 Juli 2025, saya menyempatkan waktu dan ingin mengupas tentang Ho Chi Minh Mausoleum itu sebenarnya seperti apa.

Saat rombongan delegasi dengan mengenakan T-shirt warna hijau yang sama dari berbagai negara akan memasuki pintu pemeriksaan barang bawaan pribadi di Mausoleum Ho Chi Minh, kami semua diperlakukan sama dan harus lolos dengan melalui sistem keamanan ketat layaknya seperti di bandara dengan alat X-ray.

Begitu melewati pos pemeriksaan militer sebagai pintu gerbang masuk area, semua pengunjung tidak boleh membawa rokok, lighter (korek api), makanan dan benda lainnya yang bisa dicurigai atau dianggap sebagai senjata selama berada di area tersebut. 

Bila ada yang ketahuan, semua barang mereka itu pasti akan langsung disita oleh para petugas yang bertindak tegas dan tidak peduli juga pada orang Vietnam sendiri bila melanggar aturan.

Entah mungkin karena lupa, atau udara yang lembab saat memasuki musim panas di awal bulan Juli tahun ini dan alasan lainnya, banyak para pengunjung, termasuk juga orang Vietnam sendiri, yang mengenakan celana pendek khususnya para gadis muda. 

Bisa ditebak selanjutnya dan terpaksa mereka semua dilarang masuk ke kompleks Ho Chi Minh Mausoleum karena peraturan militer di area makam tersebut memang sangat dijaga dan diawasi secara ketat.

Area Ho Chi Min Mausoleum seperti apa?

Jika Anda pernah dengar jenis bangunan seperti Museum, Koloseum dan Mausoleum, semua itu pastilah berbeda akan bentuk dan fungsinya. Untuk istilah yang terakhir itu sebetulnya adalah bangunan besar menjulang untuk makam bagi pahlawan, orang  berjasa atau seorang pemimpin terkenal di suatu negara.

Katakanlah Tay Mahal di India, Piazza de Colosseo di Italia atau Piramid di Mesir, itu sebetulnya bisa disebut juga sebagai Mausoleum atau makam kecuali yang ada di Italia karena lebih cenderung ke Koloseum.

Untuk Taj Mahal, itu adalah bangunan makam bagi sang permaisuri Mumtazi Mahal, istri yang paling dicintai oleh Raja India Syah Jehan. Makanya, bangunan megah nan indah itu diberi nama Taj Mahal yang berasal dari nama istri raja. 

Herannya, sebutan bangunan itu malah bukan Mausoleum melainkan ‘Istana Taj Mahal’, meskipun tidak ada anggota keluarga kerajaan yang masih hidup untuk tinggal di ‘Istana’ tersebut setelah proses pembangunannya selesai saat itu.

Uniknya, Piazza de Colosseo yang ada di Italia, bangunan megah itu bukanlah makam melainkan bangunan Amfiteater untuk menghormati para gladiator yang tewas dalam pertarungan di arena pertunjukan demi kaisar mereka. 

Sedangkan Piramid di Negara Mesir, tentu saja bangunan berbentuk prisma itu adalah makam para Paraoh atau Raja Mesir.  Uniknya, meskipun juga bangunan itu berfungsi sebagai makam, tidak secara merta dan lateral ditulis atau disebut sebagai mauloseum.

Sedangkan Ho Chi Minh Mauloseum, memang bangunan makam untuk tokoh atau pahlawan pendiri bangsa Vietnam. Beliau pernah memimpin perang dan pernah menjadi presiden setelah perang Vietnam melawan Perancis dan Amerika. 

Bentuk penghargaan lainnya, nama Ho Chi Minh juga dipakai sebagai nama kota terbesar kedua di Vietnam untuk menggantikan nama Kota Saigon di Vietnam sebelah selatan menjadi Kota Ho Chi Minh setelah Amerika hengkang dari perang Vietnam.

Bangunan megah Ho Chi Min Mausoleum yang terletak di daerah Distrik Ba Dinh, Kota Hanoi ini dijaga oleh para tentara siang dan malam. Di seberang Mausoleum, berdiri gedung megah yang bertuliskan ‘Nha Quoc Hoi’ yang artinya Gedung Majelis Nasional Vietnam.

Saya merasa beruntung saat baru datang ke area Mausoleum tersebut karena 10 menit sebelum pukul 21.00 waktu Vietnam tiba, ternyata ada parade senja untuk menurunkan bendera negara mereka yang dilakukan oleh hampir satu kompi tentara. 

Semua sudut lapangan segera disterilkan dari para pengunjung dan kita hanya bisa melihat prosesi penurunan bendera tersebut dari jarak yang agak jauh. 

Oh ya, sebagai gambaran untuk diketahui, meskipun jam 9 malam, rasanya masih serasa sore hari mengingat waktu Magrib sekitar pukul 7 malam di Hanoi saat menjelang musim panas tiba.

Begitu acara selesai, tiba-tiba hal yang mengejutkan terjadi. Entah kenapa, saya diserbu oleh beberapa anak kecil yang didampingi oleh orang tuanya. Mungkin mereka merasa penasaran dengan blangkon yang saya kenakan.

Hebatnya, meskipun anak-anak yang mengaku masih duduk di bangku lelas 5 sebuah sekolah dasar di Hanoi, keberanian dan kemampuan untuk membangun komunikasi mereka dengan orang asing dalam Bahasa Inggris secara lisan membuat saya menjadi kagum dan salut.

Banyak pertanyaan di hati diri ini, mengapa kemampuan murid-murid saya dalam berbahasa Inggris lisan kurang begitu lancar dan juga rasa percaya dirinya kurang untuk membangun komunikasi aktif. 

Hal ini menjadikan bahan introspeksi diri saya sendiri sebagai seorang guru. Apakah saya terlalu fokus pada adminstrasi guru, sibuk diri dengan tugas aplikasi online dan offline, ataukah ada metode saya yang salah dalam mengajar?

Mungkin juga karena kelas sering saya demi mengikuti zoom untuk Webinar yang diwajibkan? Juga, apakah nilai saya terlalu tinggi dalam sedekah hingga nilai murid saya sangat tinggi namun tidak mencerminkan kompetensi yang mereka miliki?

Ah sudahlah, sulit untuk menjawabnya. Sebaiknya saya lebih banyak belajar lagi agar bisa mengajar dengan ikhlas dan semoga di masa mendatang anak didik saya bisa menjadi lebih hebat daripada para guru dan orang tuanya. Inshaallah!

Catatan ditulis dari Hanoi untuk Kompasiana.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *