Kabarnya, guide atau pemandu yang menemani pendakian Juliana Marins, yang jatuh di Gunung Rinjani, diblacklist untuk semnetara.
—
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
—
Mysites Kecelakaan di Gunung Rinjani yang menimpa pendaki asal Brasil Juliana Marins tentu menjadi bahan evaluasi semua pihak. Termasuk guide atau pemandu yang menjadi bagian tak terpisahkan dari pendakian Gunung Rinjani.
Menurut keterangan Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), Yarman, sebagaimana dikutip dari Kompas.com, nama guide yang menemani pendakian Juliana Marins kini telah masuk dalam daftar blacklist. “Blacklist untuk sementara, sambil proses berjalan,” katanya, pada Kamis (3/7) kemarin.
Meski begitu, dia tidak merinci lebih jauh sampai kapan sanksi itu akan berlaku, karena masih menunggu hasil evaluasi lebih lanjut.
Juliana Marins mendaki Gunung Rinjani bersama enam orang rombongan. Mereka didampingi satu guide dan dua sampai tiga porter — tukang pikul barang. Yarman menyebut bahwa hingga kini belum bisa dipastikan apakah guide yang mendampingi Juliana sudah memiliki lisensi resmi atau belum.
Tapi menurut data BTNGR, terdapat 661 pemandu aktif di kawasan Gunung Rinjani, namun hanya sekitar 50 persen di antaranya yang memiliki lisensi resmi. “Separuh sudah dapat lisensi, tapi dalam proses ke depan kita sudah persiapkan bersama-sama dengan teman-teman dari Dinas Pariwisata untuk proses lisensi,” jelas Yarman.
Pernyataan ini memunculkan sorotan baru terhadap sistem pelatihan dan sertifikasi guide yang bertugas di kawasan wisata ekstrem seperti Gunung Rinjani.
Terkait jatuhnya Juliana Marins, Tim SAR gabungan tengah melakukan proses evakuasi selama lima hari berturut-turut untuk mengangkat jenazah Juliana dari kedalaman jurang sekitar 600 meter. Yarman menegaskan bahwa seluruh upaya sudah dilakukan semaksimal mungkin sejak korban dilaporkan terjatuh.
“Dari awal mulai jatuh, kami sudah mempersiapkan tim. Sampai lima hari berturut-turut baru bisa naik. Upaya-upaya itu sudah kami lakukan semaksimal mungkin,” tegas Yarman.
Kendala utama dalam evakuasi adalah medan yang curam dan kondisi cuaca yang tidak menentu di kawasan pegunungan. Meski begitu, jenazah Juliana berhasil dievakuasi pada Rabu (25/6/2025) dan langsung dibawa ke Bali untuk dilakukan otopsi di RSUD setempat.
Kita tahu Gunung Rinjani merupakan salah satu destinasi favorit wisatawan domestik dan internasional. Setiap tahunnya, ribuan pendaki menjajal jalur-jalur ekstrem di gunung ini. Namun, belum meratanya lisensi di kalangan guide menunjukkan masih adanya celah dalam sistem pengawasan keselamatan.
Meski begitu, Yarman memastikan bahwa BTNGR bersama Dinas Pariwisata akan mempercepat proses lisensi bagi para guide. Selain itu, pembinaan serta edukasi lanjutan tentang keselamatan pendakian dan manajemen risiko akan ditingkatkan.
Gubernur NTB juga menyatakan bahwa insiden ini menjadi momentum penting untuk melakukan pembenahan menyeluruh terhadap sistem pengelolaan wisata Rinjani, termasuk jalur pendakian dan peralatan keselamatan. Jenazah Juliana Marins telah tiba di Brasil pada 1 Juli 2025. Sementara itu, pihak keluarga di Brasil telah mengajukan otopsi ulang guna memastikan penyebab pasti kematian.