Posted in

Resor di Danau Toba Ajak Turis Menanam Kopi

Mysites – , Medan – Wisatawan yang berkunjung ke Danau Toba tak hanya bisa menikmati keindahan alam, tapi juga mencoba pengalaman mengolah kopi atau coffee experience di Taman Simalem Resort (TSR). Lebih dari sekadar aktivitas wisata biasa, program ini menghadirkan pengalaman edukatif dengan mengajak para turis terlibat langsung mulai pembibitan, penanaman, pemeliharaan, panen, proses pascapanen, sampai menjadi secangkir kopi yang siap dinikmati.

Salah satu wisatawan yang mencoba pengalaman ini adalah Jayden dari Singapura. “Ini pengalaman yang menyenangkan, berwisata sambil mendapat pengalaman lengkap tentang kopi,” kata Jayden, Sabtu, 5 Juli 2025.

Taman Simalem Resort berada di Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatra Utara. Jaraknya sekitar tiga jam dari Kota Medan atau 45 menit dari kota wisata Berastagi dengan mengendarai mobil. Kawasan seluas 206 hektare yang menggabungkan konsep pertanian dan ekowisata dalam satu kawasan terpadu ini berada di puncak berbukitan Danau Toba, membelakangi Gunung Sibuaten.

Resor ini juga dikenal sebagai tempat wisata religi karena ada Rupang Avalokitesvara Bodhisattva yang didatangkan langsung dari Cina dan Rupang Tiga Buddha Perlindungan atau San Bao Fo.

Program Coffee Experience di TSR membuka wawasan baru tentang betapa panjang dan menariknya perjalanan si biji hitam sebelum dicicipi. Apalagi ditambah kisah mendiang Tamin Sukardi, sang pemilik. Pada 1987, Tamin mengembangkan pariwisata di Kabupaten Karo dengan membangun resor bintang empat pertama di Sumut bernama Hotel Sibayak Internasional Berastagi. Pada 1998, dia mengunjungi lahan yang disebut Gorat Ni Padang atau padang pengembalaan, kemudian memutuskan membeli. Di atas lahan inilah berdiri TSR.

Pengunjung Taman Simalem Resort mengikuti program Coffee Experience, Sabtu, 5 Juli 2025. TEMPO/ Mei Leandha

Disambut Positif oleh Pengunjung

Tea and Coffee Estate Supervisor TSR, Ruchyat, menjelaskan, program Coffee Experience mulai berjalan setahun lalu dan mendapat sambutan positif dari pengunjung. Sampai hari ini, sudah seribu lebih pohon kopi yang ditanam. Setiap pohon diberi nama sesuai penanamnya, sebagai penghargaan dan kenang-kenangan.

Marketing Supervisor TSR, Mario, menambahkan bahwa nama-nama besar tertulis di pohon-pohon kopi yang ditanam, termasuk berbagai institusi pendidikan internasional dan perusahaan multinasional yang mengadakan acara di sini. “Ini yang kami sebut living monument,” kata Mario.

Living monument adalah konsep yang membuat wisatawan tak hanya meninggalkan jejak nama pada sebuah plat, tetapi turut menanam sesuatu yang hidup, yang akan tumbuh dan berkembang bersama alam.

“Suatu hari, ketika datang kembali, mereka bisa melihat pohon yang ditanam tumbuh besar. Setiap pohon yang tumbuh menjadi bukti keterlibatan wisatawan menjaga alam dan ikut serta dalam kisah kopi Simalem,” ucapnya.

General Manager TSR Eddy Tanoto menambahkan, program Coffee Experience adalah ide mendiang Tamin Sukardi. Dia ingin TSR yang menjadi destinasi wisata yang punya nilai edukasi. Pengunjung tidak sekadar berwisata menikmati sejuknya dan indahnya pemandangan Danau Toba, juga mendapat pengalaman edukatif. Hal ini sejalan dengan salah satu misi UNESCO yang memberi status Global Geopark untuk Danau Toba.

Kopi Arabika

Danau vulkanik terbesar di dunia yang merupakan salah satu destinasi wisata internasional di Indonesia, tidak hanya menawarkan pemandangan alam yang indah, juga terkenal sebagai zona produksi kopi berkualitas tinggi. Beragam varietas tumbuh subur di tujuh kabupaten yang mengelilinginya. Setiap daerah memiliki karakter khas. Sebut saja Sigararutang, Lintong, Doloksanggul, Sidikalang, Samosir, Karo, Simalungun, dan lainnya. Umumnya, kopi yang ditanam jenis arabika.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), luas kebun kopi arabika di kawasan Danau Toba seluas 71.955 hektare. Sementara kopi robusta hanya 19.416 hektar. Kopi jenis arabika merupakan kopi dataran tinggi yang tumbuh subur di kawasan pegunungan dengan ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut (mdpl).

“Kalau sering menemukan kopi dengan cita rasa bervariasi seperti buah-buahan tropis, beri, jeruk, cokelat, kacang, kemungkinan besar kopi tersebut ditanam di dataran tinggi,” kata Eddy.

Ia menambahkan bahwa salah satu varian kopi arabika yang banyak diminati adalah Sigararutang. Dinamai kopi Sigararutang karena petani beranggapan hasil panennya dapat membayar utang modal. Soalnya, waktu tanam kopi ini sangat singkat, berbuah di umur kurang dari dua tahun. Tumbuh subur di ketinggian 700-1.700 mdpl. Tanaman kopi di Karo tersebar di seluruh kecamatan, paling banyak di Kecamatan Merek, salah satunya diproduksi TSR.

Eddy bilang, kopi Simalem yang mereka kembangkan adalah varian Sigararutang, Gayo, dan Andongsari. Kopi itu ditanam secara organik di ketinggian 1.500 mdpl, di atas lahan seluas 4 hektare. Kopinya diproses secara profesional mengikuti standar internasional.

Di kalangan pecinta specialty coffee, kopi yang ditanam di dataran tinggi Danau Toba sudah terkenal menghasilkan karakter acidity, aroma dan flavour yang unik. “Banyak dicari, terutama kopi single estate karena karakter rasa dan aromanya bisa ditelusuri,” kata Eddy.

Pilihan Editor: Yellow Bourbone, Kopi Gunung Puntang yang Mendunia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *