Posted in

Arus Wisata Melemah, Tingkat Hunian Hotel di Cirebon Jeblok

Mysites – , CIREBON- Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel di Kota Cirebon kembali mengalami penurunan pada Mei 2025. Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Cirebon, penurunan terjadi baik secara tahunan maupun bulanan baik untuk hotel bintang maupun nonbintang.

Kepala BPS Kota Cirebon, Aris Budiyanto mengungkapkan TPK gabungan hotel bintang dan nonbintang hanya mencapai 42,21% pada Mei 2025. Angka ini turun 2,06 poin dibandingkan Mei tahun lalu yang tercatat sebesar 44,27%.

Tidak hanya itu, jika dibandingkan dengan April 2025, TPK juga menurun sebesar 3,39 poin. “Ini menjadi catatan penting bagi pelaku industri pariwisata dan perhotelan. Ada penurunan daya tarik kunjungan atau mungkin pola perjalanan wisata yang berubah,” ujar Aris, Jumat (4/7/2025).

: Gedung Belum Dibangun, Kabupaten Cirebon Tunda Sekolah Rakyat

TPK hotel bintang berada di angka 50,96%, turun 2,17 poin YoY dibandingkan dengan Mei 2024. Sementara jika dibandingkan April 2025, terjadi penurunan sebesar 2,66 poin. 

Penurunan ini menunjukkan bahwa meskipun hotel berbintang masih menjadi pilihan utama wisatawan atau pelaku perjalanan bisnis, daya serap pasar tetap melorot.

: : Cirebon Masuk 5 Besar Kota dengan Merchant QRIS Terbanyak di Jabar

Menurut Aris, penurunan pada hotel berbintang patut menjadi perhatian karena kelompok ini biasanya menjadi indikator utama tren wisatawan domestik maupun mancanegara.

“Kondisi ini mengindikasikan adanya pelemahan arus wisata, bisa jadi karena faktor cuaca, kalender kerja, atau belum optimalnya promosi destinasi lokal,” ungkap Aris.

: : Sekolah Rakyat di Kota Cirebon Siap Berjalan Mulai 14 Juli 2025

Kondisi lebih memprihatinkan terjadi pada hotel nonbintang. Tingkat okupansi pada segmen ini hanya 22,73%, merosot 2,24 poin YoY dan 4,70 poin MtM dibandingkan April 2025.

“Penurunan yang cukup dalam di hotel nonbintang bisa disebabkan oleh berkurangnya kunjungan wisatawan kelompok menengah ke bawah, atau meningkatnya preferensi terhadap akomodasi alternatif seperti homestay atau aplikasi penyewaan kamar,” jelas Aris.

Fakta ini memperlihatkan tantangan serius bagi pelaku usaha kecil dan menengah di sektor perhotelan, terutama di tengah harapan terhadap pemulihan ekonomi usai pandemi.

Sementara itu, dari sisi Rata-rata Lama Menginap Tamu (RLMT), terdapat sedikit pergerakan positif. Untuk hotel gabungan, RLMT pada Mei 2025 mencapai 1,29 hari, naik tipis 0,01 poin dibandingkan Mei 2024 dan April 2025.

Hotel berbintang mencatat RLMT sebesar 1,36 hari, meningkat 0,03 poin YoY dan 0,02 poin MtM. Artinya, tamu di hotel berbintang rata-rata menghabiskan waktu sedikit lebih lama di Cirebon.

Namun sebaliknya, RLMT pada hotel nonbintang justru melemah ke 1,04 hari, turun 0,04 poin secara tahunan maupun bulanan. Ini menunjukkan tamu di hotel nonbintang cenderung singgah dalam waktu yang sangat singkat.

Penurunan TPK dan stagnasi lama tinggal ini mengindikasikan sektor pariwisata dan perhotelan di Cirebon masih menghadapi tantangan serius. Kota yang dikenal sebagai simpul budaya Jawa-Sunda serta destinasi wisata religi dan kuliner ini tampaknya belum mampu sepenuhnya menarik arus wisatawan secara konsisten.

Aris Budiyanto menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk memulihkan tren positif pariwisata, termasuk promosi yang lebih gencar, peningkatan atraksi wisata, serta pembenahan infrastruktur pendukung seperti akses transportasi dan fasilitas publik.

“Kalau tidak segera dilakukan langkah konkret, angka-angka ini bisa terus turun, dan dampaknya akan terasa hingga UMKM, transportasi lokal, hingga sektor informal yang bergantung pada kunjungan wisatawan,” ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *