Petualangan baru telah menanti, kali ini membawa kami menuju jantung Afrika, tepatnya ke Mesir yang bersejarah. Pada Juli 2012, kami berkesempatan mengikuti tur istimewa bersama Trafalgar, menikmati pesona Sungai Nil melalui sebuah pelayaran yang memukau. Kapal pesiar kami berlayar perlahan menyusuri sungai legendaris ini, singgah di setiap kota yang dilewati, memungkinkan rombongan turun dan menjelajahi setiap destinasi dengan nyaman menggunakan bus.
Namun, tak dapat dimungkiri bahwa waktu kunjungan kami saat itu kurang ideal. Mesir tengah dilanda kerusuhan, sebuah situasi yang menuntut kami untuk selalu waspada. Kami dinasihati untuk tidak pernah terpisah dari rombongan dan menghindari gang-gang sempit demi keamanan. Bahkan, demi menjaga keselamatan kami, setiap kali meminta izin ke toilet, petugas bersenjata lengkap selalu sigap mengawal kami, sebuah pengalaman yang cukup menegangkan namun menunjukkan keseriusan pihak berwenang dalam melindungi wisatawan.
Perjalanan kali ini memiliki tujuan khusus, terutama karena pada kunjungan pertama kami ke Mesir, kami tidak sempat singgah di Aswan. Oleh karena itu, kami sengaja memilih Nil Cruise agar dapat menikmati secara langsung Bendungan Aswan yang megah, sebuah struktur raksasa yang telah memukau dunia. Lebih dari sekadar keajaiban arsitektur, bendungan ini merupakan pusat pembangkit tenaga listrik vital yang memasok kebutuhan energi di tiga lokasi berbeda di Mesir.
Tentu saja, kunjungan ke Mesir tak lengkap tanpa mengagumi Piramida yang tersebar di berbagai penjuru negeri. Melihat langsung Piramida, salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia, adalah impian yang telah lama kami pendam. Momen ini semakin mendekatkan kami pada cita-cita besar untuk mengunjungi seluruh Tujuh Keajaiban Dunia yang ada di planet ini.
Sebagai kenang-kenangan dari perjalanan budaya yang mendalam ini, kami tak lupa membawa pulang lukisan indah di atas papirus. Setelah itu, perjalanan kami berlanjut ke Alexandria, sebuah kota kuno yang sarat akan sejarah, didirikan dan dinamai berdasarkan nama penakluk agung, Alexander yang Agung.
Meskipun kaya akan warisan peradaban kuno, kehidupan di pusat kota Alexandria tak jauh berbeda dengan ibu kota modern lainnya di dunia, dengan penduduknya yang berbusana dan beradaptasi dengan adat istiadat serba modern. Namun, di pinggiran kota, kami masih bisa menyaksikan para wanita mengenakan pakaian gamis tradisional, sebuah kontras menarik yang menunjukkan keberagaman budaya Mesir.
Menjadi bagian dari rombongan tur yang mayoritas bukan berasal dari Indonesia, kami berdua, sebagai satu-satunya perwakilan dari Tanah Air, tidak merasakan kendala sedikit pun. Hal ini berkat kebiasaan kami dalam berinteraksi dan bergaul dengan berbagai suku bangsa dari seluruh dunia, menjadikan setiap pertemuan sebagai jembatan silaturahmi.
Seluruh pengalaman luar biasa ini tentu saja melahirkan rasa syukur yang mendalam kepada Tuhan. Ia telah menganugerahkan kesempatan berharga bagi kami berdua untuk secara bertahap mewujudkan impian-impian kami, satu per satu. Tak lupa, kami ucapkan terima kasih kepada seluruh sahabat di Kompasiana yang senantiasa menyempatkan diri untuk menyapa dan menjadi bagian dari perjalanan kami.
19 Juni 2025.
Salam saya,
Roselina.