Posted in

Pendaki Brasil Jatuh di Gunung Rinjani, Seberapa Ekstrem Jalur Pendakian?

JAKARTA, KOMPAS.com – Jalur menuju puncak Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB) dikenal menyuguhkan panorama indah, tetapi juga ternyata menyimpan bahaya nyata.

Salah satu titik yang paling diwaspadai pendaki adalah Cemara Nunggal, jalur menanjak yang diapit jurang dan batuan lepas, tempat yang kini menjadi perhatian setelah pendaki asal Brasil, Juliana (27) dilaporkan jatuh di sana.

Banu Adikara, pendaki asal Jakarta yang pernah mendaki Rinjani pada delapan tahun lalu, tepatnya 2017, mengenang momen menegangkan saat melewati Cemara Nunggal di dini hari.

Baca juga: Pendaki Ini Ungkap Ekstremnya Jalur Juliana Jatuh di Rinjani: Kanan Kawah, Kiri Jurang

“Parah, kanan kawah, kiri jurang. Jurang ke bawahnya itu mah lebih dari 500 meter. Saya jalan pelan banget, pakai buff, kacamata, dan senter,” ujar Banu kepada Kompas.com, Selasa (24/6/2025).

Banu berangkat dari Jakarta bersama satu rekan pria dan memulai pendakian dari jalur Desa Bawak Nao, lalu mendirikan tenda di Plawangan Sembalun.

Summit dimulai pukul 02.00 dini hari, dan mereka mencapai Cemara Nunggal sekitar pukul 04.30, dalam kondisi gelap dan angin kencang.

“Saya pernah ketemu bule yang nangis di sana. Dia bilang nggak mau mati di situ,” kata Banu.

Baca juga: Cerita WNI dari Iran, Jarak Rumah 10 Menit dengan Lokasi Serangan

Kondisi ekstrem jalur itu juga dibenarkan Riyan Setiawan, pendaki asal Jakarta. Ia menyebut jalur itu terjal, berbatu, minim penerangan, dan bisa membuat pendaki bingung jika tidak fokus.

“Biasanya summit jam dua atau tiga pagi. Jalurnya nggak jelas, kadang melebar, bisa salah jalur,” ujar Riyan.

Sementara itu, pendaki lain, Bayu Adji, menyebut jalur tersebut sempit dan bersebelahan langsung dengan jurang menghadap Segara Anak.

Ia juga menekankan bahwa puncak Rinjani sendiri sangat sempit, sehingga pendaki harus bergantian.

Baca juga: Tangis dan Memarnya Seorang Ibu di Tengah Amarah Anak…

“Saya naik dari Sembalun, camp di Plawangan. Jam dua pagi summit. Jalur pasir dan sempit, sebelahnya jurang. Puncaknya juga sempit, mesti gantian,” jelas Bayu.

Gunung Rinjani yang memiliki ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut (MdPL) memang digemari pendaki lokal maupun mancanegara.

Namun, tantangan besar kerap datang dari jalur Plawangan Sembalun ke puncak, khususnya di titik Cemara Nunggal.

Jalur ekstrem inilah yang menjadi lokasi jatuhnya Juliana, Sabtu (21/6/2025) sekitar pukul 06.30 Wita.

Ia ditemukan oleh tim SAR gabungan menggunakan drone thermal pada Senin (23/6/2025) pagi, dalam posisi tersangkut di tebing batu sedalam 500 meter dan dalam keadaan tidak bergerak.

Baca juga: Cerita Pendaki Soal Jalur Ekstrem Rinjani: Bule Sampai Nangis Takut Mati

Proses evakuasi terkendala kondisi medan. Tim harus menarik kembali personel penyelamat karena dua overhang besar membuat pemasangan jangkar tidak memungkinkan. Pendekatan selanjutnya harus dilakukan dengan teknik climbing vertikal.

Insiden ini memicu reaksi dari publik Brasil. Ribuan komentar membanjiri unggahan Instagram Presiden RI Prabowo Subianto, baik di akun pribadi @prabowo maupun akun resmi @presidenrepublikindonesia. Mereka menuntut Juliana segera diselamatkan.

“WHERE IS JULIANA? Why are you lying about her rescue?” tulis akun @carolinablini.

“President, please! Save Juliana! ????????,” kata akun @eukamillamaia.

Komentar dari netizen Brasil, yang ditulis dalam bahasa Inggris dan Portugis, mencapai lebih dari 11.000 komentar dan menjadi sorotan publik Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *