Posted in

Taman Balekambang: Me Time Asyik, Sendiri Tak Kesepian!

Adakalanya, kita hanya ingin pergi menyendiri. Bukan karena tidak memiliki teman, melainkan karena hasrat untuk menemukan ketenangan, meluangkan waktu untuk diri sendiri, dan menikmati momen refleksi. Sebuah tempat yang tidak terlalu ramai, namun juga tidak sepenuhnya sepi. Sebuah ruang yang luas, terbuka, dan hijau, di mana setiap tarikan napas terasa lebih lega dan pikiran dapat mengembara bebas.

Pada suatu Minggu, alih-alih mengikuti Ayah ke kota, saya memutuskan untuk menjelajahi Solo sendirian—tentu saja, ini adalah pilihan yang wajar bagi seseorang yang sudah “dewasa”. Keinginan untuk menyendiri, namun tetap tidak terlalu mencolok, mendorong saya mencari destinasi yang luas, terbuka, dan memungkinkan saya tampil santai tanpa menarik perhatian berlebihan. Mengingat saya berdomisili di Kota Solo, meskipun saat ini sering berpindah-pindah, pilihan yang paling sesuai langsung tertuju pada Taman Balekambang Solo.

Dengan harga tiket masuk yang terbilang sangat terjangkau, hanya Rp5.000, Taman Balekambang menawarkan pengalaman yang sungguh di luar dugaan. Begitu melangkah masuk, suasana yang tercipta seolah membawa kita jauh dari hiruk pikuk pusat kota. Pepohonan besar menjulang tinggi, menghadirkan udara sejuk, meredam kebisingan, dan menciptakan kedamaian yang instan. Suasana di sini terasa begitu santai, mengalir tanpa terburu-buru, cocok bagi mereka yang ingin menikmati konsep slow living. Banyak pengunjung datang untuk berjogging, duduk bersantai di bawah rindangnya pohon, atau sekadar berjalan-jalan ringan bersama keluarga, merasakan definisi sejati dari ketenangan.

Taman Balekambang sendiri memiliki sejarah yang kaya. Dibangun oleh KGPAA Mangkunegoro VII pada tahun 1921, taman ini merupakan persembahan cinta untuk kedua putrinya, GRAy Partini dan GRAy Partinah. Awalnya, area ini tertutup rapat dan eksklusif untuk keluarga kerajaan. Namun, pada tahun 1944, KGPAA Mangkunegoro VIII mengambil langkah progresif dengan membuka taman ini untuk umum. Fungsinya pun kurang lebih setara dengan Taman Sriwedari milik Keraton Kasunanan Surakarta yang dahulu dikenal sebagai Bonrojo, sebuah ruang rekreasi hijau bagi keluarga bangsawan. Kini, Taman Balekambang dibuka luas untuk masyarakat umum, menjadikannya salah satu taman kota paling menarik dan bersejarah di Solo.

Di dalam taman seluas 9,8 hektar ini, Anda akan menemukan dua patung yang melambangkan kedua putri bangsawan tersebut. Arsitekturnya yang memadukan gaya Eropa dan Jawa tidak hanya menjadikannya tempat rekreasi, tetapi juga sebuah situs dengan nilai budaya tinggi. Taman ini terbagi menjadi dua kawasan utama: Taman Air Partini Tuin dan Hutan Partinah Bosch.

Taman Air Partini Tuin dulunya merupakan kolam besar yang digunakan keluarga Mangkunegaran untuk bersantai dan berenang. Di sekeliling kolam terdapat dua balai. Pertama, Bale Apung, yang tampak seolah mengambang di atas air dari kejauhan—dari sinilah nama “Balekambang” berasal, yang berarti “balai yang mengapung”. Ini adalah tempat berkumpul dan bersantai para bangsawan. Balai kedua bernama Bale Tirtayasa, yang berfungsi sebagai tempat ganti pakaian bagi mereka yang ingin berenang. Meskipun tidak semua fungsi aslinya dipertahankan, sisa-sisa arsitektur klasik dan suasana damai masih sangat terasa, terutama saat sore hari ketika angin sejuk berhembus dari permukaan air.

Beralih ke sisi lain, ada Partinah Bosch atau Hutan Partinah, sebuah hutan kecil yang rindang dan berfungsi sebagai paru-paru kota. Di sini, pengunjung dapat menemukan berbagai jenis tanaman langka, seperti beringin putih, beringin sungsang, kenari, hingga apel cokelat. Selain sebagai ruang hijau yang indah, Partinah Bosch juga berperan sebagai area resapan air. Sementara itu, Partini Tuin dulunya dimanfaatkan sebagai penampungan air untuk membantu membersihkan sampah dan limbah kota. Ini menunjukkan bahwa sejak awal pembangunannya, Taman Balekambang dirancang tidak hanya untuk estetika, tetapi juga dengan visi pelestarian lingkungan yang kuat.

Taman Balekambang baru saja rampung direvitalisasi dengan total anggaran mencapai sekitar Rp198 miliar. Setelah pembaruan besar-besaran ini, taman ini kini disebut-sebut sebagai salah satu taman kota termewah di Asia Tenggara. Untuk menjaga kualitas dan kenyamanannya, biaya perawatan tahunan diperkirakan mencapai Rp2,4 miliar. Konsep revitalisasinya mengusung perpaduan seni dan budaya lokal, ruang terbuka hijau, serta area khusus untuk mendukung pelaku UMKM dan produk unggulan khas Solo.

Bagi Anda yang berencana berkunjung, Taman Balekambang buka Selasa hingga Jumat pukul 10.00-16.00 WIB, serta Sabtu dan Minggu pukul 09.00-16.00 WIB. Hari Senin taman ini tutup, kecuali ada pemberitahuan khusus. Lokasinya sangat strategis di Jl. Balekambang, Manahan, Banjarsari, Solo.

Dengan area yang begitu luas, Taman Balekambang terbagi menjadi beberapa zona, masing-masing dengan daya tarik tersendiri. Salah satu area yang menarik adalah Tegal Pangonan, taman khusus satwa yang berlokasi di sebelah kanan setelah pintu masuk. Di sini, pengunjung bisa berinteraksi dengan berbagai hewan seperti angsa, ayam, rusa, dan kelinci. Bahkan, Anda bisa membeli pakan di pintu masuk area ini untuk memberi makan hewan-hewan tersebut—sebuah pengalaman sederhana namun sangat menyenangkan, terutama bagi anak-anak. Jangan lupa untuk menutup kembali pagar setelah masuk dan keluar area ini untuk menjaga keamanan satwa.

Salah satu area favorit banyak pengunjung adalah jembatan yang tersembunyi di tengah pepohonan rindang. Tempat ini menjadi spot foto Taman Balekambang yang populer berkat suasananya yang tenang, alami, dan sudut-sudut estetik yang tidak dibuat-buat. Banyak yang berhenti sejenak di sini hanya untuk mengabadikan momen atau menikmati pemandangan dari ketinggian.

Fasilitas lain yang patut diacungi jempol adalah Gedung Pertunjukan Taman Balekambang yang megah, dirancang dengan standar internasional untuk berbagai acara seni dan budaya. Bangunannya tampak modern namun tetap harmonis dengan lingkungan taman yang hijau. Untuk keluarga dengan anak-anak, tersedia area bermain anak yang terletak di sebelah kiri pintu masuk. Selain itu, taman ini juga menawarkan wahana berkuda dengan biaya sekitar Rp30.000, memungkinkan pengunjung berkeliling di area tertentu. Jika ingin menjelajah lebih jauh tanpa lelah, tersedia pula layanan sewa sepeda listrik.

Area Taman Balekambang yang luas dan rimbun sangat ideal untuk piknik. Banyak keluarga membawa tikar dan bekal dari rumah, membiarkan anak-anak berlarian bebas tanpa alas kaki di atas rumput. Pada waktu-waktu tertentu, air mancur di taman ini akan menyala diiringi alunan lagu “Bengawan Solo”, menciptakan pemandangan yang memukau. Spot terbaik untuk menyaksikannya adalah di sekitar Bale Tirtayasa, dekat kolam, tempat yang teduh dan nyaman untuk duduk santai sambil bercengkerama. Meskipun fasilitasnya lengkap, ada sedikit kekurangan seperti minimnya penanda arah dan papan informasi yang jelas, yang padahal akan sangat membantu pengunjung baru. Oh ya, di salah satu sudut taman juga terdapat spot khusus untuk memancing, cocok bagi mereka yang ingin menyalurkan hobi di tengah suasana alam yang damai.

Daya tarik utama lainnya adalah panggung pertunjukan terbuka atau amphitheater Taman Balekambang yang kini tampil dengan wajah baru pasca-revitalisasi. Panggung ini menjadi magnet bagi pecinta seni pertunjukan, dengan desain modern dan kursi teleskopik otomatis yang dapat diatur sesuai kebutuhan, mampu menampung banyak penonton. Bahkan saat tidak ada pertunjukan, area ini juga sangat estetik untuk berfoto. Salah satu acara kesenian yang sering dipentaskan adalah Sendratari Candra Purnama Ramayana, seperti lakon “Anoman Obong” yang pernah dipentaskan. Penonton dapat menikmati pertunjukan tradisional yang dikemas modern ini di ruang terbuka, di bawah langit malam Solo, dengan biaya tiket hanya Rp20.000 per orang. Informasi jadwal pertunjukan lebih lanjut dapat diakses melalui akun Instagram resmi taman ini di @balekambangsolo.

Namun, bagi saya pribadi, justru kesederhanaanlah yang menjadi daya tarik paling memikat dari Taman Balekambang. Di tengah berbagai fasilitas modern yang ditawarkan, hal-hal kecil justru membuat saya betah berlama-lama. Misalnya, menyaksikan orang-orang sibuk membuat konten, anak-anak yang bebas berlarian di ruang terbuka hijau, atau sekadar mendengarkan suara burung yang bersahutan dari pepohonan. Hiburan semacam itu datang tanpa perlu dicari. Rasanya cukup duduk diam, dan suasana taman yang hidup akan menyapa dengan caranya sendiri, menghadirkan ketenangan yang tak ternilai.

Taman kota Solo yang luas dan hijau seperti ini sangat dibutuhkan, terutama saat rasa penat menumpuk akibat rutinitas atau suasana kota yang sumpek dan bising. Taman Balekambang menjadi tempat pelarian sejenak untuk bernapas lebih pelan. Saat ingin menyendiri, saya biasa membawa buku, lalu mencari tempat duduk di bawah pohon rindang atau di sudut taman yang tenang dan estetik. Suasananya sangat mendukung untuk membaca, merenung, atau sekadar membiarkan pikiran mengembara—benar-benar ideal untuk Me Time di Solo. Selain itu, taman ini juga sangat nyaman untuk berolahraga. Terdapat banyak jalan setapak yang bisa dilalui untuk berjalan santai atau jogging ringan, terutama saat pagi atau sore hari ketika udara masih terasa segar.

Jadi, jika suatu hari Anda berkunjung ke Kota Solo dan mencari wisata murah di Solo dengan banyak spot foto menarik, jangan lewatkan Taman Balekambang Solo. Tempat ini sempurna untuk menenangkan diri, berkumpul bersama keluarga, atau sekadar menikmati suasana alam di tengah kota. Siapa tahu, Anda tidak hanya menemukan apa yang dicari, tetapi juga apa yang sesungguhnya dibutuhkan.

Terima kasih telah membaca cerita ini, Salam Damai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *